- Jarwo, pola bertanam berselang-seling antara dua atau lebih baris tanaman padi dan satu baris kosong.
- Legowo berasal dari kata “lego” berarti luas dan “dowo” berarti memanjang
- Jarwo berarti cara tanam memiliki beberapa barisan dan diselingi satu barisan kosong, jarak tanam dua baris terpinggir setiap unit legowo lebih rapat.
- Pada baris kosong diantara unit legowo dapat dibuat parit dangkal, parit berfungsi untuk mengumpulkan keong mas, menekan keracunan besi, dan pemeliharaan ikan
Prinsip Jajar Legowo :
- Terdapat lorong panjang bebas tanaman
- Barisan tanaman yang dihilangkan disisipkan kedalam sisi barisan terdekat
- Sisi barisan yang lain disisipkan tanaman baru, dengan setengah jarak tanam.
- Menjadikan tanaman pinggir lebih banyak, memiliki pertumbuhan dan kualitas gabah lebih baik krn menerima cahaya matahari secara optimal dan turbulensi udara
- Meningkatkan populasi tanaman sekaligus meningkatkan produksi 11,3-29%
- Mempermudah penyiangan, pemupukan dan pengendalian OPT
- Mempermudah penyiangan, pemupukan dan pengendalian OPT
- Meningkatkan efisiensi pemupukan
- Mengurangi kemungkinanan serangan tikus
- Berpeluang untuk sistem produksi mina padi dan parlabek
- Sisi barisan yang lain disisipkan tanaman baru, dengan setengah jarak tanam.
- Ubinan pada sistem tanam Jarwo berbeda dengan ubinan pada sistem tanam biasa (tegel), karena jarak tanam pada jajar legowo berbeda dengan jarak tanam biasa.
- Untuk Jarwo, luas ubinan minimal 10 m2.
- Legowo (2:1) dengan jarak tanam (20 x 10 x 40 cm : Jumlah populasi per hektar 333,333 rumpun. Ukuran ubinan 3,6 m x 3 m = 10,8 m, atau 6 set legowo kali 3 m
Legowo 4 : 1 penuh (tipe 1) dengan jarak tanam (20 x 10 x 40)cm
Jumlah populasi tanaman per hektar 400.000 rumpun
Ukuran ubinan 3 m x 3,5 m = 10,5 m2, atau 3 set legowo kali 3,5 m
Tahapan pelaksanaan pengambilan ubinan
- Tandai luasan akan diubin menggunakan ajir Karena ubinan menggambarkan produktivitas hamparan maka ubinan diambil sedemikian rupa sehingga mewakili kondisi hamparan. Lokasi ubinan harus dipilih yang seragam, baik dari segi pertumbuhan maupun kepadatan tanaman.
- Lakukan panen pada luasan ubinan tersebut
- Rontok gabah dan bersihkan dari kotoran
- Gabah yang dihasilkan ditimbang dan diukur kadar airnya
- Ulangi pengambilan ubinan 2 atau beberapa kali ulangan
- Setelah itu konversikan hasil ubinan per ha berdasarkan ukuran luasan ubinan maupun jumlah rumpun:
- Hasil ubinan (ton/ha) dengan k.a. GKP = hasil ubinan x 10.000/luas ubinan
- Konversikan pula hasil gabah yang diperoleh ke dalam kadar air (k.a) gabah kering giling (GKG) (14 %)
- Hasil Gabah Kering Giling (k.a. 14 %) = Hasil Ubinan x (100 - k.a. GKP)
100-14- Kadar air GKP antara 23-27% tergantung waktu panen, panen MK GKP lebih rendah dibandingkan panen waktu MH
-----we-----
Sumber : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat 2015